pagiku yang indah
sesaat mentari lindap di balik kabut pagi
sejenak..
serupa ia berikanku sebuah tanda
atas sebuah alinea baru
di paragraf yang sedang pelan kueja
dengan sisa cinta
yang masih bersinau di ujung entah
ada riak rasa seperti entah
menyeruak syahdu
jatuh satu satu
seiring embun yang luruh
berganti hangat mentari
di pagi kita yang berhias senyum
ah,
senandung rindu ini demikian merdu
memecah senyap di dasar hati
ini bahagiaku, ini bahagia kita
sahabat..
duapuluhenam warsa yang lalu
kita berada di sini
mengukir berjuta kenangan
yang hingga kini
masih demikian kokoh terpatri
tersimpan di dasar hati
tak usang
meski embus angin demikian kencang
menerbangkan angan
‘tuk kita kembali pulang
Dalam cerita yang sama
duapuluh enam warsa sudah sahabat
kita mohon pamit pergi
dari tempat dimana semua kisah dimulai
mengepakkan sayap-sayap kecil kita
menuju samudra nan luas tak berbatas
dengan segala bentuk riak dan gelombang
membawa rindu
atas segala cerita kita
dan kini, di sini..
atas segala kuasa Sang Maha
kita berada pada riak kerinduan
yang tumpah di akhir penantian
ah, padang pertemuan ini demikian indah
menjawab dahaga atas puncak
dari segala kerinduan ini
serupa indah mimpi kita
pada lelap di penghujung malam
di peraduan kita
yang senantiasa semerbak aroma rindu
rindu yang senantiasa membuncah
menggelisah mengharap takdir tiba
memulai kembali semua kisah
lantang kita eja ia sebagai sebentuk
bahagia...
sahabat..
genap duapuluh enam kali sudah
almanak di dinding kita berganti angka
ratusan purnama telah kita lalui
di dunia kita yang terpisah jarak dan waktu
tapi tidak dengan hati kita
yang masih terbalut cinta yang tetap sama
serupa lembut sapa kita kala itu
kini..
ada hangat yang turut menyeruak
kurasakan lembab di sudut mata kita
namun tak pernah tereja ia
sebagai pilu atau duka yang mendera
ini tangisan bahagia kita sahabat
atas segala tumpah rindu di hati kita
terimakasih sahabat..
terimakasih untuk hari indah ini
terimakasih untuk sejuta keharuan
yang tercipta hari ini
kelak..
kan kita ukir kembali episode baru
dengan aroma cinta kita
yang tetap sama..
Purworejo, 28 Juni 2017
Jumat, 14 Juli 2017
~ sisa aroma rindu ~
kabut masih berembus
pada sisa shubuh
di pagi kita yang hening
dingin menjilat setiap jengkal pori
di tubuh lelah kita
yang masih berselimut rindu
sejuta cerita masih kusimpan
pada ujung keharuan
di detik-detik peluk hangat engkau
nanar mendera
saat sang waktu melempar jeda
atas sesak rindu yang tumpah
biar..
biar saja kabut pagi ini sirna
saat surya menjilat angkuh
sebentuk dingin
pada embun di pucuk dedaunan
sebab di palung hati kita
tetap ada aroma rindu
yang bersemayam mesra
dalam sahaja..
Tangerang, 01 Juli 2017
pada sisa shubuh
di pagi kita yang hening
dingin menjilat setiap jengkal pori
di tubuh lelah kita
yang masih berselimut rindu
sejuta cerita masih kusimpan
pada ujung keharuan
di detik-detik peluk hangat engkau
nanar mendera
saat sang waktu melempar jeda
atas sesak rindu yang tumpah
biar..
biar saja kabut pagi ini sirna
saat surya menjilat angkuh
sebentuk dingin
pada embun di pucuk dedaunan
sebab di palung hati kita
tetap ada aroma rindu
yang bersemayam mesra
dalam sahaja..
Tangerang, 01 Juli 2017
Langganan:
Postingan (Atom)
~ Di Ujung Lelah ~
tiba di ujung lelah dalam semu senyum atas pemaklumanku pergilah kini ke luas samudra yang engkau pilih tanpa aku di buritan kapalm...
-
dingin senja menabur aroma kemarau menusuk setiap ruas raga di setangkup sisa rasa ini nganga rindu semakin merona menjingga tanpa ku...
-
usah engkau bertanya lagi kapan kita kan menepi untuk berlabuh di pelabuhan impian bukankah samudra itu adalah kita menjadi b...
-
Pak, aku kangen...! Jarik ombo yang dulu dipakai menggendongku sambil disambi kemana-mana itu masih ada pak? Pasti warnanya udah njeblug ...